Peran Masyarakat Dalam Penanganan Bencana

Bencana merupakan kejadian luar biasa yang menyebabkan kerugian besar bagi manusia dan lingkungan dan diluar kemampuan manusia untuk dapat mengendalikanya, disebabkan oleh faktor alam atau manusia atau sekaligus oleh keduanya. Bencana dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu bencana alam dan bencana sosial. Yang termasuk lingkup bencana alam adalah gempa (tektonik dan Vulkanik), tsunami, kekeringan, banjir, dan longsor. Sedangkan bencana sosial biasanya mencakup kejadian konflik, wabah penyakit, bencana teknologi, dan kebakaran. Baik bencana alam maupun bencana sosial telah, sedang, dan pasti terjadi di Indonesia mengingat kondisi geografis, geologis, dan sosial (demografis, idiologis, dan sosiologis) di Indonesia sangat rentan untuk terjadinya bencana.

Penanganan bencana mencakup aspek mitigasi bencana (pencegahan), emergency saat terjadinya bencana, dan aspek rehabilitasi. Penanganan emergency targetnya adalah penyelam atan sehingga risiko tereliminir. Sedangkan rehabilitasi merupakan upaya mengembalikan pada kondisi normal kembali.

Dampak bencana yang ditimbulkan dapat berupa kematian masal, terganggunya tatanan sosiologis dan psikologis masyarakat, pengangguran, kemiskinan, kriminalitas, keterbelakangan, dan hancurnya lingkungan hidup masyarakat.. Begitu besarnya risiko yang ditimbulkan oleh bencana ini, maka penanganan bencana menjadi sangat penting untuk menjadi perhatian dan tugas kita bersama. Tanpa kebersamaan, sangat sulitlah kita untuk mampu mengatasi dampak bencana. Karena pada kenyataanya, tidak ada satu pihakpun yang paling mampu menangani dampak bencana ini.

Sisi Positif bencana

1. 1.Bencana mampu menggerakan solideritas masyarakat secara massive dan spontan dengan kesadaranya sendiri.
2. Bencana mampu menggugah kesadaran sosial dan nilai-nilai dasar kemanusiaan secara universal.
3.Bencana menjadi satu-satunya kejadian dimana masyarakat tanpa diminta, langsung menunjukkan partisipasi dan pengorbanannya.
4. Bencana dapat membangkitkan semangat kreatifitas masyarakat, sehingga sangat mungkin akan menghantarkan pada kejayaan.
5. Bencana dapat memupuk kebersamaan antar pihak, walau sesaat.

Peran Masyarakat
Dalam penanganan bencana peran masyarakat menjadi elemen yang paling penting. Karena kekuatan pemerintah semata sangatlah kecil jika dibandingkan dengan tantangan yang begitu besar. Peran masyarakat dalam penanganan bencana dapat diwujudkan dalam beberapa bentuk : relawan lapangan dengan menyumbangkan tenaga dan keahlian, mobilisasi dana, dan akses fasilitas.

Relawan
Dalam penanganan emergency bencana, relawan mempunyai posisi dan peran yang sangat penting. Oleh karena itu relawan bukan sekedar sebuah kekuatan alternatif, tetapi menjadi alternatif utama. Tentu ada banyak persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi relawan emergency bencana. Yang terpenting adalah kekuatan fisik dan keahlian. Fragmentasi keterlibatan relawan dalam penanganan bencana adalah sebagai berikut :


1. Relawan sebagai donatur. Sesungguhnya masyarakat yang mendermakan dananya untuk membantu korban bencana, maka sejatinya iapun adalah relawan. Dana bahkan menjadi hal yang sangat penting untuk mendukung hasil maksimal penanganan bencana.

2. Relawan sebagai penyumbang tenaga dan keahlian. Termasuk dalam kelompok ini adalah ahli evakuasi, ahli medis, jurnalis, ahli gizi, juru masak, tukang bangunan, psikolog, guru, seniman, dan lainya yang secara sukarela turun langsung membantu korban bencana di lapangan.

3. Relawan sebagai penyedia fasilitas yang diperlukan dalam penaganan bencana. Misalnya ada relawan yang menyediakan sarana transportasi, menydediakan rumah atau kantornya untuk dijadikan markas posko kemanusiaan, dll.

Kepemimpinan dalam Penanganan Emergency Bencana
Salah satu syarat sukses penanganan emergency bencana adalah kepemimpinan. Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan adalah kebingungan, kehancuran, kerugian, dan malapetaka. Kepemimpinan yang dimaksud tentu selayaknya dari unsur pemilik otoritas (pemerintah) . Keberhasilan semua elemen masyarakat dalam kancah bencana sangat tergantung keberadaan pemimpin. Namun justru hal inilah yang biasanya menjadi titik lemah penanganan bencana di Indonesia, termasuk kasus penanganan gempa dan tsunami di NAD khususnya pada saat-saat awal kejadian bencana. Kepemimpinan dalam penanganan emergency bencana haruslah mampu dengan cepat, tepat, dan berani mengambil keputusan, bersikap tegas, menjalankan sistem instruksi bukan diskusi.

Manajemen Logistik
Hal- hal penting yang harus diperhatikan dalam penanganan logistik bantuan :
1. Pengadaan logistik bantuan harus sedapat mungkin berdampak pada pemberdayaan ekonomi lokal. Caranya adalah membeli logistik bantuan dari pelaku ekonomi lokal, khususnya para pelaku ekonomi menengah bawah.. Ini akan mendorong perputaran ekonomi lokal menjadi stabil. Strategi seperti ini sangat efektif dan efesien karena selain memungkinkan bisa cepat tiba di lokasi bencana, kita juga tidak direpotkan oleh ribetnya masalah transportasi.
2. Ragam logistik bantuan terutama untuk makanan dan sandang, hendaknya menyesuaikan dengan kultur yang berlaku di masyarakat korban bencana. Sebagai contoh, ternyata masyarakat Aceh tidak menyukai ikan sarden yang diawetkan. Kebanyakan pengungsi menukarnya dengan barang lain dengan para pedagang. Atau karena tidak segera dikonsumsi, banyak sarden yang menjadi kadaluarsa. Berdasarkan pengamatan kami di lapangan, ikan asin lebih mereka sukai daripada sarden. Dan ikan asin dengan mudah bisa dibeli dari para nelayan Aceh.
3. Makanan memenuhi standar gizi. Korban bencana yang umumnya menghuni barak-barak penampungan alakadarnya, tentu menyebabkan keadaan fisik mereka sangat rentan. Oleh karena itu pilihan logistik makanan yang tidak mempunyai nilai gizi maksimum bisa menyebabkan malapetaka bagi korban. Data menunjukkan bahwa wabah penyakit dan kematian korban bencana banyak terjadi justru setelah mereka mengkonsumsi makanan yang tidak bergizi secara terus menerus. Mie instan misalnya bukanlah pilihan logistik yang aman untuk dikonsumsi secara terus menerus oleh pengungsi korban bencana.

4. Pakaian yang diberikan sesuai kebutuhan dan tetap memperhatikan martabat korban sebagai manusia.

Menggerakan elemen lokal dalam penanganan bencana
Dalam menangani dampak bencana, baik pada tahapan emergency maupun tahapan rehabilitasi, sebaiknya menggerakan elemen lokal sebagai sumberdaya utama sepanjang itu masih dimungkinkan. Bahkan bisa menggerakan sebagian dari korban bencana itu sendiri. Dalam hal ini misalnya kebutuhan tenaga relawan lapangan bisa merekrut SDM lokal. Untuk menggerakkan elemen lokal tidaklah sulit, karena pada hakekatnya semua program yang kita ingin lakukan adalah kebutuhan mereka. Artinya menjadikan elemen lokal termasuk korban sebagai subjek, bukan objek. Prinsip ini akan jauh lebih maksimal hasilnya karena elemen lokal dan korban akan merasa memiliki terhadap program yang kita jalankan.

Penutup
Bekerja menangani bencana adalah bekerja yang sulit. Karena tidak ada yang benar-benar mampu mempersiapkan untuk kerja-kerja yang unpredictable. Sungguhpun demikian, mengadakan persiapan jauh lebih baik daripada tidak sama sekali. Oleh karena itu jika kita ingin menjadi masyarakat dan bangsa yang selalu siap menghadapi tantangan bencana, maka belajarlah tanpa henti dari banyak bencana yang telah terjadi.

Letusan Gunung Api

Letusan gunung api adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah "erupsi". Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan- rekahan mendekati permukaan bumi.
Letusan gunung api adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah "erupsi". Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan- rekahan mendekati permukaan bumi.


Setiap gunung api memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari jenis muntahan atau produk yang dihasilkannya. Akan tetapi apapun jenis produk tersebut kegiatan letusan gunung api tetap membawa bencana bagi kehidupan. Bahaya letusan gunung api memiliki resiko merusak dan mematikan.

Bahaya Letusan Gunung Api di bagi menjadi dua berdasarkan waktu kejadiannya, yaitu

Bahaya Utama (Primer)
1.Awan Panas, merupakan campuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran) terdorong ke bawah akibat densitas yang tinggi dan merupakan adonan yang jenuh menggulung secara turbulensi bagaikan gunung awan yang menyusuri lereng. Selain suhunya sangat tinggi, antara 300 - 700º Celcius, kecepatan lumpurnyapun sangat tinggi, > 70 km/jam (tergantung kemiringan lereng).

2.Lontaran Material (pijar),terjadi ketika letusan (magmatik) berlangsung. Jauh lontarannya sangat tergantung dari besarnya energi letusan, bisa mencapai ratusan meter jauhnya. Selain suhunya tinggi (>200ºC), ukuran materialnya pun besar dengan diameter > 10 cm sehingga mampu membakar sekaligus melukai, bahkan mematikan mahluk hidup. Lazim juga disebut sebagai "bom vulkanik".

3.Hujan Abu lebat, terjadi ketika letusan gunung api sedang berlangsung. Material yang berukuran halus (abu dan pasir halus) yang diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu dan arahnya tergantung dari arah angin. Karena ukurannya yang halus, material ini akan sangat berbahaya bagi pernafasan, mata, pencemaran air tanah, pengrusakan tumbuh-tumbuhan dan mengandung unsur-unsur kimia yang bersifat asam sehingga mampu mengakibatkan korosi terhadap seng dan mesin pesawat.

4.Lava, merupakan magma yang mencapai permukaan, sifatnya liquid (cairan kental dan bersuhu tinggi, antara 700 - 1200ºC. Karena cair, maka lava umumnya mengalir mengikuti lereng dan membakar apa saja yang dilaluinya. Bila lava sudah dingin, maka wujudnya menjadi batu (batuan beku) dan daerah yang dilaluinya akan menjadi ladang batu.

5.Gas Racun, muncul tidak selalu didahului oleh letusan gunung api sebab gas ini dapat keluar melalui rongga-rongga ataupun rekahan-rekahan yang terdapat di daerah gunung api. Gas utama yang biasanya muncul adalah CO2, H2S, HCl, SO2, dan CO. Yang kerap menyebabkan kematian adalah gas CO2. Beberapa gunung yang memiliki karakteristik letusan gas beracun adalah Gunung Api Tangkuban Perahu, Gunung Api Dieng, Gunung Ciremai, dan Gunung Api Papandayan.

6.Tsunami, umumnya dapat terjadi pada gunung api pulau, dimana saat letusan terjadi material-material akan memberikan energi yang besar untuk mendorong air laut ke arah pantai sehingga terjadi gelombang tsunami. Makin besar volume material letusan makin besar gelombang yang terangkat ke darat. Sebagai contoh kasus adalah letusan Gunung Krakatau tahun 1883.

Bahaya Ikutan (Sekunder)
Bahaya ikutan letusan gunung api adalah bahaya yang terjadi setelah proses peletusan berlangsung. Bila suatu gunung api meletus akan terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saat musim hujan tiba, sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut disebut lahar.

Persiapan Dalam Menghadapi Letusan Gunung Berapi

* Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk mengungsi.
* Membuat perencanaan penanganan bencana.
* Mempersiapkan pengungsian jika diperlukan.
* Mempersiapkan kebutuhan dasar
* Jika Terjadi Letusan Gunung Berapi
* Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran lahar.
* Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas. Persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.
* Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti: baju lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya.
* Jangan memakai lensa kontak.
* Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung
* Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan.
* Setelah Terjadi Letusan Gunung Berapi
* Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
* Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau meruntuhkan atap bangunan.
* Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin

(Kutipan : BASARNAS.go.id)

Tsunami

Tsunami berasal dari bahasa Jepang. "tsu" berarti pelabuhan, "nami" berarti gelombang sehingga secara umum diartikan sebagai pasang laut yang besar di pelabuhan.

Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran. Kecepatan tsunami yang naik ke daratan (run-up) berkurang menjadi sekitar 25-100 Km/jam dan ketinggian air tsunami yang pernah tercatat terjadi di Indonesia adalah 36 meter yang terjadi pada saat letusan gunung api Krakatau tahun 1883.

Penyebab terjadinya Tsunami

* Gempa bumi yang diikuti dengan dislokasi/perpindahan masa tanah/batuan yang sangat besar dibawah air (laut/danau)
* Tanah longsor didalam laut
* Letusan gunung api dibawah laut atau gunung api pulau.


Gejala dan Peringatan Dini

* Gelombang air laut datang secara mendadak dan berulang dengan energi yang sangat kuat.
* Kejadian mendadak dan pada umumnya di Indonesia didahului dengan gempa bumi besar dan susut laut.
* Terdapat selang waktu antara waktu terjadinya gempa bumi sebagai sumber tsunami dan waktu tiba tsunami di pantai mengingat kecepatan gelombang gempa jauh lebih besar dibandingkan kecepatan tsunami.
* Metode pendugaan secara cepat dan akurat memerlukan teknologi tinggi.
* Di Indonesia pada umumnya tsunami terjadi dalam waktu kurang dari 40 menit setelah terjadinya gempa bumi besar di bawah laut.

Adanya tsunami tidak bisa diramalkan dengan tepat kapan terjadinya, akan tetapi kita bisa menerima peringatan akan terjadinya tsunami sehingga kita masih ada waktu untuk menyelamatkan diri.


Penyelamatan Diri Saat Terjadi Tsunami

Sebesar apapun bahaya tsunami, gelombang ini tidak datang setiap saat. Janganlah ancaman bencana alam ini mengurangi kenyamanan menikmati pantai dan lautan.

Namun jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempa bumi, air laut dekat pantai surut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke tempat yang tinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-teman yang lain.

Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita dari pantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke laut. Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke daerah yang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang. Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban.

Strategi Mitigasi Dan Upaya Pengurangan Bencana

1. Peningkatan kewaspadaaan dan kesiapsiagaan terhadap bahaya tsunami.
2. Pendidikan kepada masyarakat terutama yang tinggal di daerah pantai tentang bahaya tsunami.
3. Pembangunan Tsunami Early Warning System (Sistem Peringatan Dini Tsunami).
4. Pembangunan tembok penahan tsunami pada garis pantai yang beresiko.
5. Penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai untuk meredam gaya air tsunami.
6. Pembangunan tempat-tempat evakuasi yang aman disekitar daerah pemukiman yang cukup tinggi dan mudah dilalui untuk menghindari ketinggian tsunami.
7. Peningkatan pengetahuan masyarakat lokal khususnya yang tinggal di pinggir pantai tentang pengenalan tanda-tanda tsunami cara-cara penyelamatan diri terhadap bahaya tsunami.
8. Pembangunan rumah yang tahan terhadap bahaya tsunami.
9. Mengenali karakteristik dan tanda-tanda bahaya tsunami.
10. Memahami cara penyelamatan jika terlihat tanda-tanda akan terjadi tsunami.
11. Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi tsunami.
12. Melaporkan secepatnya jika mengetahui tanda-tanda akan terjadinyan tsunami kepada petugas yang berwenang : Kepala Desa, Polisi, Stasiun Radio, SATLAK PB maupun institusi terkait.
13. Melengkapi diri dengan alat komunikasi.

(kutipan: basarnas.go.id)

SURVIVAL DAN PENGENDALIAN DIRI

Survival adalah keadaan dimana diperlukan perjuangan untuk bertahan hidup. survival merupakan kehidupan dengan waktu mendesak untuk melakukan improvisasi yang memungkinkan. kuncinya adalah menggunakan otak untuk improvisasi.

Statistik membuktikan hampir semua situasi survival mempunyai batasan waktu yang singkat hanya 3 hari atau 72 jam bagi orang hilang, dan yang mampu bertahan cukup lama tercatat sangat sedikit sekitar 5 persen itupun karena pengetahuan dan pengalamannya. Dalam situasi survival janganlah tergesa-gesa menentukan prioritas survival karena dapat berakibat salah, gagasan kaku yang tidak boleh ditawar-tawar juga akan berakibat fatal. Ketepatan memutuskan dengan didukung pengalaman dan hasil diskusi dapat menguntungkan. karena situasi darurat perlu pertimbangan dan sikap tegas dalam mencapai tujuan akhir. Dalam keadaan survival diperlukan pengetahuan terhadap kondisi dan kebutuhan tubuh, bukan mutlak mengerti secara fisik tetapi memahami reaksi atau dampak akibat pengaruh lingkungan. menggunakan pengetahuan dalam usaha mengatur diri saat keadaan darurat adalah kunci dari survival. pengaturan disini adalah memelihara ketrampilan dan kemampuan untuk mengontrol sumber daya didalam diri dan kemampuan memecahkan persoalan, bila pengaturan keliru, tidak hanya badan terganggu akan tetapi dapat langsung berdampak terhadap kemampuan untuk tetap hidup. Memahami jenis kebutuhan hidup yang menjadi prioritas sangat menguntungkan didalam situasi survival.


Dalam kondisi survival tantangan yang sangat dominan adalah sikap mental atau psikologis untuk mencari kebutuhan tubuh dan untuk memperolehnya dibutuhkan gagasan-gagasan dengan dasar pertimbangan dari pengalaman atau pendidikan yang pernah diikutinya, pengalaman hidup dengan resiko tinggi dan aktivitas menantang terbukti dapat membuat orang belajar untuk berbuat yang lebih baik dan melakukan adaptasi efektif.

Kebutuhan dasar hidup manusia sebenarnya sangat sederhana, bagaimana ribuan tahun yang lalu manusia tidak mempunyai pakaian, rumah, mobil, makan tiga kali sehari setiap hari. tetapi mereka dapat tetap bertahan hidup. daftar barang-barang yang dibutuhkan untuk hidup dan berapa lama orang itu bisa hidup tanpa perlengkapan itu sangatlah bervariasi dengan berbagai pertimbangan.
berikut adalah contoh susunan prioritas dalam keadaan survival :


1. Tentunya yang paling utama adalah udara. bernafas dilakukan setiap detik untuk bertahan hidup oleh karena itu udara mendapat prioritas utama untuk bertahan hidup. survival tanpa udara umumnya hanya bertahan selama 3 sampai 5 menit.


2. Selanjutnya dibutuhkan perlindungan, dari cuaca buruk dan keganasan alam. sejak keberadaannya manusia dibatasi lingkungannya sendiri mulai dari temperatur yang sangat berpengaruh pada tubuh. untuk itu diperlukan sesuatu yang dapat melindunginya contohnya api yang dapat menghangatkan dan menjaga temperatur tubuh, jika tidak ada rumah, tenda atau gua. api dapat dimasukkan kedalam prioritas kedua


3. Istirahat, sepele namun dibutuhkan, dengan istirahat jaringan tubuh akan terbebas dari CO2, asam dan pemborosan lain. istirahat yang dimaksud adalah istirahat fisik dan juga mental. sebab stress dapat mengurangi kemampuan untuk bertahan. dengan demikian istirahat dapat dimasukkan kedalam prioritas ketiga.

4. Air. kehilangan cairan dan kondisi air yang tidak dapat diminum adalah persoalan didalam survival. tubuh manusia kira-kira terdiri dari 2/3 jaringan yang mengandung air. dan merupakan bagian sistem sirkulasi di dalam organ tubuh. air dapat menjaga suhu tubuh, memperlancar buang air dan mencerna makanan. kondisi lingkungan yang exstrem tanpa air dapat mengurangi kemampuan bertahan hidup hingga tiga hari. sehingga air dapat dimasukkan kedalam prioritas keempat. sangatlah bijaksana apabila pemakaian air dapat dihemat.


5. Tubuh manusia membutuhkan makanan tiga kali sehari. tetapi sementara banyak manusia di benua lain hanya dapat makan sekali sehari atau bahkan tidak makan berhari-hari. catatan menunjukkan bahwa tanpa makanan survivor dapat bertahan selama 40 sampai 70 hari. keharusan untuk mendapatkan makanan adalah prioritas terakhir dalam survival. penghematan energi adalah salah satu cara untuk mengimbangi kekurangan makanan.

Sikap dalam Survival
Sikap cepat tanggap dalam keadaan darurat sangat diperlukan. Setiap orang harus dapat berbuat yang terbaik dalam memprioritaskan pandangan terhadap lingkungan darurat. hal ini tidak mudah karena sikap ini perlu latar belakang pengetahuan dan keterampilan. bila semua prioritas telah diperoleh, tetapi masih kehilangan kemauan untuk hidup atau kemampuan untuk menguasai mental yang disebabkan kondisi fisik, maka akhirnya akan hilang sama sekali. kondisi yang demikian sangat membahayakan dan bahkan sesuatu yang menguntungkan pun akan dibuangnya. juga yang perlu diingat janganlah meremehkan sesuatu yang anda lihat. sikap mental positif sangat diperlukan untuk menganalisa semua yang bertentangan dengan tubuh.

Apa saja yang berguna dalam menghadapi situasi survival dapat dilihat dalam dua persoalan :
1. Kesiapan mendiskusikan dengan jelas apakah anda ingin hidup ?, ungkapan yang sederhana. Secara naluriah manusia mempunyai insting untuk menjaga diri. Banyak kegiatan survival yang menunjukkan adanya jalan keluar dari periode fisik ekstrem dan mental stress ke posisi tenang. sadar atau tidak orang mempunyai kekuatan untuk dirinya sendiri terhadap kematian. oleh karena itu setiap orang juga mempunyai kekuatan untuk dirinya sendiri terhadap kehidupan.


2. Kemampuan untuk memecahkan persoalan, hal ini didapat jika kita mampu mempertahankan kondisi tubuh. sebagai contoh : tubuh manusia bekerja optimum dengan temperatur 37 derajat C. mengabaikan temperatur lingkungan akan menyebabkan penyempitan susunan fungsi inti didalam tubuh yang efektivitasnya tinggi. yang pada akhirnya akan mengganggu peredaran darah, menurunkan aktivitas sel, dan akhirnya otak cepat kehilangan hubungan dengan realitas, akhirnya bertindak irrasional berbarengan dengan turunnya koordinasi yang akhirnya berakibat fatal. pengetahuan dan pengalaman tidak ada artinya kalau tubuh hanya bekerja dengan separuh kemampuannya. penghematan sumberdaya seperti energi, panas dan air adalah penting.

Membuat Bivak (Shelter)

Tujuan : untuk melindungi dari angin, panas, hujan, dingin

Macam :

a. Shelter asli alam

Gua : Bukan tempat persembunyian binatang

Tidak ada gas beracun

Tidak mudah longsor

  1. Shelter buatan dari alam
  2. Shelter buatan

Syarat bivak :

  • Hindari daerah aliran air
  • Di atas shelter tidak ada dahan pohon mati/rapuh
  • Bukan sarang nyamuk/serangga
  • Bahan kuat
  • Jangan terlalu merusak alam sekitar
  • Terlindung langsung dari angin

Mengatasi Gangguan Binatang

a. Nyamuk

· Obat nyamuk, autan, dll

· Bunga kluwih dibakar

· Gombal dan minyak tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk

· Gosokkan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk

b. Laron

· Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan

c. Lebah

Apabila disengat lebah :

· Oleskan air bawang merah pada luka berkali-kali

· Tempelkan tanah basah/liat di atas luka

· Jangan dipijit-pijit

· Tempelkan pecahan genting panas di atas luka

d. Lintah

Apabila digigit lintah :

  • Teteskan air tembakau pada lintahnya
  • Taburkan garam di atas lintahnya
  • Teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya

· Taburkan abu rokok di atas lintahnya

e. Semut

· Gosokkan obat gosok pada luka gigitan

· Letakkan cabe merah pada jalan semut

· Letakkan sobekan daun sirih pada jalan semut

f. Kalajengking dan lipan

· Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar

· Ikatlah tubuh di sebelah pangkal yang digigit

· Tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka

· Bobokkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka

· Taburkan garam di sekeliling bivak untuk pencegahan

g. Ular

Pembahasan lebih lanjut dalam materi EMC

Membuat Perangkap (Trap)

Macam-macam trap :

· Perangkap model menggantung

· Perangkap tali sederhana

· Perangkap lubang jerat

· Perangkap menimpa

· Apace foot share

· Bahan : tali/kawat, Umpan, Batang kayu, Cabang pohon.

Membaca Jejak

Jenis :

· Jejak buatan : dibuat oleh manusia

· Jejak alami : tanda jejak sebagai tanda keadaan lingkungan

Jejak alami biasanya menyatakan tentang :

· Jenis binatang yang lewat

· Arah gerak binatang

· Besar kecilnya binatang

· Cepat lambatnya gerak binatang

Membaca jejak alami dapat diketahui dari :

· Kotoran yang tersisa

· Pohon atau ranting yang patah

· Lumpur atau tanah yang tercecer di atas rumput

Air

Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 – 30 hari tanpa makan, tapi orang tsb hanya dapat bertahan hidup 3 - 5 hari saja tanpa air.

Air yang tidak perlu dimurnikan :

1. Hujan

Tampung dengan ponco atau-daun yang lebar dan alirkan ke tempat penampungan

2. Dari tanaman rambat/rotan

Potong setinggi mungkin lalu potong pada bagian dekat tanah, air yang menetes dapat langsung ditampung atau diteteskan ke dalam mulut

3. Dari tanaman

Air yang terdapat pada bunga (kantung semar) dan lumut

Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu :

  1. Air sungai besar
  2. Air sungai tergenang
  3. Air yang didapatkan dengan menggali pasir di pantai (+ 5 meter dari batas pasang surut)
  4. Air di daerah sungai yang kering, caranya dengan menggali lubang di bawah batuan
  5. Air dari batang pisang, caranya tebang batang pohon pisang, sehingga yang tersisa tinggal bawahnya lalu buat lubang maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali pengambilan

Makanan

Patokan memilih makanan :

· Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia

· Hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok

· Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali sawo

· Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan-lengan-bibir-lidah, tunggu sesaat. Apabila aman bisa dimakan

· Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam

Hubungan air dan makanan

· Untuk air yang mengandung karbohidrat memerlukan air yang sedikit

· Makanan ringan yang dikemas akan mempercepat kehausan

· Makanan yang mengandung protein butuh air yang banyak

Tumbuhan yang dapat dimakan

Dari batangnya :

· Batang pohon pisang (putihnya)

· Bambu yang masih muda (rebung)

· Pakis dalamnya berwarna putih

· Sagu dalamnya berwarna putih

· Tebu

Dari daunnya :

· Selada air, Rasamala (yang masih muda), Daun mlinjo, singkong.

Akar dan umbinya :

· Ubi jalar, talas, singkong

Buahnya :

· Arbei, asam jawa, juwet

Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya :

· Jamur merang, jamur kayu

Ciri-ciri jamur beracun :

· Mempunyai warna mencolok

· Baunya tidak sedap

· Bila dimasukkan ke dalam nasi, nasinya menjadi kuning

· Sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan

· Bila diraba mudah hancur

· Punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya

· Tumbuh dari kotoran hewan

· Mengeluarkan getah putih

Binatang yang bisa dimakan

· Belalang, jangkrik, tempayak putih (gendon), cacing, jenis burung, laron, lebah, siput, kadal bagian belakang dan ekor, katak hijau, ular (yang tidak beracun), binatang besar lainnya, dll.

Binatang yang tidak bisa dimakan

· Mengandung bisa : lipan dan kalajengking

· Mengandung racun : penyu laut

· Mengandung bau yang khas : sigung

Api

Bila mempunyai bahan untuk membuat api, yang perlu diperhatikan adalah jangan membuat api terlalu besar tetapi buatlah api yang kecil beberapa buah, hal ini lebih baik dan panas yang dihasilkan merata.

1. Dengan lensa / Kaca pembesar

Fokuskan sinar pada satu titik dimana diletakkan bahan yang mudah terbakar.

2. Gesekan kayu dengan kayu.

Cara ini adalah cara yang paling susah, caranya dengan menggesek-gesekkan dua buah batang kayu sehingga panas dan kemudian dekatkan bahan penyala, sehingga terbakar

3. Busur dan gurdi

Buatlah busur yang kuat dengan mempergunakan tali sepatu atau parasut, gurdikan kayu keras pada kayu lain sehingga terlihat asap dan sediakan bahan penyala agar mudah tebakar.

Bahan penyala yang baik adalah kawul terdapat pada dasar kelapa, atau daun aren

Survival kit

Ialah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam perjalanan :

· Perlengkapan memancing, pisau, tali kecil, senter, cermin suryakanta, peluit, korek api yang disimpan dalam tempat kedap air, tablet garam, norit, obat-obatan pribadi, jarum + benang + peniti, dll.


Sumber : RESCUE (Buletin SAR)

“kecelakaan justru terjadi akibat kesalahan dalam mengambil keputusan, bukan kesalahan perlengkapan”
(Royal Robbins, Advance Rockcraft)

Panduan Paling Tepat,
“bila Ragu pada Tali Anda, Buang Saja”

CHECKLIST and REPORT

Yang dimaksud dengan checklist didalam kegiatan berkemah adalah daftar kelengkapan dan perlengkapan perorangan maupun regu. Biasakanlah membuat daftar perlengkapan(Cheklist) sebagai usaha mengecek sekurang-kurang yang mungkin ada, setiap orang mungkin mempunyai perlengkapan yang berbeda, tetapi fungsinya bisa sama. Sebagai patokan minimal, daftar perlenkapan dibawah ini bisa dipergunakan :
A. Perlengkapan
1. Perlengkapan jalan
Ransel + Plastik sampah hitam besar; Penutup ransel (cover bag); Pakaian jalan; T-shirt/ kemeja lapangan; Celana Panjang lapangan; Gesper; Sepatu Hiking + kaos kaki; Topi Rimba/pet; Jas Hujan (Raincoat); Arloji; Kaca mata hitam; Botol air minum min 2 liter air; Golok/pisau tebas; Gaiter; Bandana/sapu tangan/slayer; Webing.
2. Perlengkapan Tidur
Kupluk wool; Pakaian tidur; T-shirt; Training; Jaket/sweater; Kantong tidur; Sarung tangan wool; Kaos kaki tidur; Matras.
3. Pakaian cadangan
Pakaian dalam; T-shirt & Celana Panjang Lapangan; Celana Pendek; Kaos kaki cadangan.
4. Perlengkapan berkemah
Tenda; Fly Sheet; Ponco; Tali Plastik/tali pramuka; Koran bekas; Kantong kresek.
5. Perlengkapan Memasak
Kompor dan Bahan Bakar; Misting; Korek api dalam tabung Film.
6. Perlengkapan Navigasi
Peta Topografi; Kompas Bidik/orienteering; Douglas Protector/busur derajat; Altimeter.
7. Perlengkapan Alat Tulis
Pensil/Ballpoint; Buku catatan kecil.
8. Perlengkapan Makan dan minum
Piring; Sendok dan garpu; Mug plastik/alumunium; Pisau lipat multifungsi.
9. Perlengkapan mandi dan cuci
Sabun mandi; Sikat dan pasta gigi; Sampoo; Sabun Cuci dan Busa pencuci; Tisue gulung; Handuk.
10. Perlengkapan penerangan
Senter; Lilin; Lentera.
11. Perlengkapan P3k dan Obat-obatan pribadi
Plester; Obat merah/obat luka; Perban; Pinset; Peniti; Kapas; Obat gosok; Norit; Oralit; Obat penahan nyeri; Obat flu; Obat sakit kepala; Obat tetes mata; Obat Khusus.
12. Perlengkapan jahit
Jarum; Benang; Kancing; Gunting.
13. Perlengkapan survival
Mata kail; Cermin isarat; Luv/kaca pembesar; Pluit westle; Senar pancing; Batu pematik api.
14. Perlengkapan shalat
Sejadah; Sarung/mukena.

B. Makanan dan Minuman
1. Makanan Pokok
Beras; Havermoot; Roti; Mie instant; Sarden; Cornet; Sosis.
2. Makanan Ringan
Biskuit; Coklat Batang; Permen; Keripik; Kacang; Keju; Buah-buahan.
3. Penyedap Rasa
Kecap; Saos; Garam; Gula; Royco; Mentega.
4. Minuman
Teh; Susu bubuk/kental; Kopi; Sereal; Sari buah; Coklat bubuk; Minuman berenergi suplemen.

Dengan terbiasa kita membuat cheklist/ daftar perlengkapan atau peralatan ekspedisi artinya membiasakan diri untuk selalu siap dan sedia segala sesuatunya dalam rangka menghadapi suatu aktivitas, serta terbiasa mempersiapkan diri/ regu disesuaikan dengan berbagai jenis aktivitasnya. Yang dimaksud dengan report adalah pelaporan perjalanan/ perkemahan yang dibuat secara deskriptif yang memuat segala sesuatu hal yang ada kaitannya dengan kegiatan perjalanan atau berkemah, misalnya; laporan persiapan, pelaksanaan, kondisi perjalanan/ perkemahan, dll.

Dalam Pelaporan perjalanan/ perkemahan akurasi pelaporan haruslah diutamakan, pendukungnya antara lain :
a. Data Tertulis
Catatan kecil (notes) selama perjalanan; Bagan/tabel penguat data; Peta; Dan keterangan lain yang dianggap perlu.
b. Visual & Audio Visual
Foto atau sketsa perjalanan; Handycam, untuk merekam agenda yang dianggap mempunyai “bobot” penting selama acara berlangsung.

Dari sini kemudian kedua pendukung tersebut dapat diolah sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dimengerti dan dipelajari oleh yang berkepentingan. Pada dasarnya kegiatan ekspedisi akan menimbulkan kesan yang mendalam kepada kita, akan memberikan pendidikan praktis tentang: kedisiplinan, kerja sama, saling menghormati antar individu, membiasakan diri untuk selalu waspada, membiasakan untuk selalu mengecek segala hal, dan yang terpenting dapat memelihara, menjaga serta melestarikan lingkungan hidupnya. Persiapan, perlengkapan, pembekalan, pengetahuan, keterampilan fisik dan mental adalah usaha untuk mencegah kemungkinan terjadi kecelakaan pada saat berkegiatan di alam terbuka. Nasib ada di tangan Tuhan namun demikian kita sebaiknya berusaha untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan Teknik Hidup di Alam Bebas agar kita tidak menjadi korban sia-sia.